Minggu, 13 Februari 2011

kemana ayam berkokokku?

minggu siang terik menyengat, panas, pengap, seperti mau pecah bola kepala ini. jarum jam dan matahari sepakat berada di paling ujung dari porosnya. tanpa kompromi membangunkan lelapnya tidur. beberapa hari belakangan seperti merayu untuk membuka mataku hingga pagi datangnya subuh, dan terlelap pada subuhnya itu. oh dunia..kenapa sehari cuma 24 jam? tidakkah bisa lebih? dan siang itu aku terkejut melihat waktu telah menunjukan datangnya matahari yang paling terik.yak! saya bangun sangat siang.ohemji ini siang yang paling siang dalam hidup saya.
detik perlahan menjadi menit, dan menit perlahan menjadi jam. jam pun perlahan menunjukan jati dirinya yang memasuki senja.semua. dan sore itu waktu untuk umat berjumpa dengan Dia. di satu sudut, saya benar2 merasa mengantuk oh mengantuk..malam menyambutku dengan bau kepik dan kunang kunang yang berkedip. dan terhenyak karena Jogja ku berguncang bebereapa detik. tidak lama dan tidak banyak orang merasakannya. seolah olah saya dipaksa untuk tidak boleh mengantuk. oke fine, tapi malam ini saya tidak mau melihat subuh, saya mau melihat diri saya terlelap didinginnya malam sebelum jam 12. saya mau jam kehidupan saya yang normal. saya mau ayam berkokok yang membangunkan saya. bukan matahari di pucuk poros.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar